TIMES CILACAP, JERMAN – Di tengah dunia yang penuh dengan kisah anak-anak jenius, nama Richard dan Friedrich Wendt mulai mencuri perhatian dunia. Dua bersaudara dengan darah Indonesia ini dijuluki “Einstein cilik” karena kecerdasan mereka yang melampaui batas usia.

Friedrich, sang kakak berusia 12 tahun, telah tercatat sebagai mahasiswa termuda dalam sejarah modern Jerman, mempelajari matematika tingkat tinggi di University of Münster. Sementara itu, Richard, sang adik berusia 10 tahun, juga memiliki IQ luar biasa dan menjadi anggota Mensa, organisasi internasional untuk individu ber-IQ tinggi.

Friedrich dikenal dengan kecerdasan logika dan matematisnya yang mengingatkan pada sosok Einstein. Sementara Richard menonjol dengan kecerdasan sosial dan intuisi tajam.

Bersama-sama, mereka menghadirkan potret unik tentang keluarga yang berhasil mencetak generasi luar biasa—kisah tentang bakat, dukungan, dan semangat tak terbatas yang lahir dari rumah sederhana dengan ibu asal Indonesia.

Friedrich: Einstein Kecil dari Münster

Di usia 12 tahun, ketika kebanyakan anak seusianya masih sibuk dengan pelajaran perkalian atau permainan daring, Friedrich Wendt sudah duduk di bangku kuliah. Dirinya saat ini mengikuti kuliah Abstract Algebra dan Real Analysis di University of Münster.

“Dia membawa semangat belajar yang biasanya hanya dimiliki mahasiswa paling semangat di kelas. Yang membuatnya luar biasa adalah memori fantastisnya,” ujar Prof. Dr. Matthias Löwe, dosen matematika di University of Münster.

Bahkan pria belia tersebut tercatat sebagai mahasiswa termuda dalam sejarah modern universitas Jerman. Dengan IQ lebih dari 180 (angka yang hanya dimiliki oleh satu dari 20 juta orang) Friedrich bahkan dapat menyelesaikan masa 3 tahun SMA kurang dari 1 tahun.

Sebagai informasi meskipun mengikuti perkuliahan di University of Münster, Friedrich masih meneruskan pendidikan di Schloss Buldern. Tempat tersebut merupakan sekolah khusus untuk para anak-anak berbakat utamanya IQ tinggi.

"Dalam 30 tahun saya mengajar, saya belum pernah lihat anak sebebrbakat dia. Anak ini, sumpah, fenomena langka, sekali seumur hidup," ungkap Stefan Schrade, Kepala Sekolah Schloss Buldern. 

Berdarah Indonesia

Friedrich dilahirkan dari ibu berdarah Indonesia bernama Sylvia. Sylvia sendiri merupakan wanita Indonesia yang lahir di Tangerang, Banten. Mulai bayi hingga berusia 7 tahun Friedrich tumbuh di Roanoke, Virginia, Amerika Serikat.

Cerita bermula saat Sylvia menempuh pendidikan di salah satu Universitas di Amerika. Di universitas tersebut dirinya bertemu Wilfried Wendt, pria asal Jerman yang berhasil menekuk hatinya. Keduanya menikah hingga lahirlah Friedrich pada 16 mei 2013.

Friedrich saat berada di tengah-tengah mahasiwa kampus University of Münster Jerman. (FOTO: Sylvia for TIMES Indonesia)

Di usia 6 tahun, video Friedrich viral di YouTube. Ditonton 1.1 juta viewers video tersebut menampilkan kemampuannya mengenali lagu kebangsaan, menyebutkan nama negara dari bentuk peta, hingga membaca angka 100 digit dengan lancar. 

Setelah keluarganya pindah ke Jerman pada tahun 2020 Friedrich menunjukkan kemajuan pesat. Ia menuntaskan tiga tahun sekolah menengah kurang dari satu tahun, lalu diterima sebagai mahasiswa reguler University of Münster pada usia 10 tahun.

Saat ini, memasuki semester keempat, ia menguasai topik-topik rumit seperti Group Theory, Linear Algebra, hingga Topology, seringkali melampaui mahasiswa yang jauh lebih tua darinya.

Richard: Adik yang Tak Kalah Hebat

Di balik sorotan yang kerap mengarah ke Friedrich ada sosok Richard Wendt. Richard merupakan anak ke dua keluarga Wendt yang kini berusia 10 tahun.

Dengan IQ 155, dua minggu yang lalu Richard telah diakui sebagai anggota Mensa , menyusul sang kakak yang sudah mendahului. Namun, ia membawa keistimewaan yang berbeda dari Friedrich.

Jika Friedrich tenggelam dalam dunia angka, Richard lebih cepat tanggap, penuh percaya diri, dan unggul dalam kecerdasan sosial. Guru-gurunya menyebutnya sebagai problem solver alami, anak yang bisa membaca situasi dengan baik dan memberikan solusi cerdas.

Kedekatan Friedrich (kanan) dan Richard (kiri) saat bermain bersama. (FOTO: Sylvia for TIMES Indonesia)

Karakter adaptif dan sikapnya yang luwes membuatnya bersinar seterang kakaknya. Lebih dari itu, Richard juga menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang non-akademik. Ia dikenal sebagai anak yang mudah bersosialisasi, cepat akrab dengan teman baru, dan mampu memimpin permainan atau diskusi di sekolahnya.

Sikapnya yang percaya diri membuat orang-orang di sekitarnya nyaman, dan itulah yang menjadikan Richard berbeda. Dia bukan hanya cerdas, tapi juga punya jiwa kepemimpinan sejak dini.

Meski lebih muda, Richard sering berperan sebagai penyeimbang kakaknya. Saat Friedrich terlalu tenggelam dalam dunia angka, Richard hadir dengan gurauan atau pandangan praktis yang membumi.

Hubungan mereka menunjukkan bahwa kecerdasan tidak selalu harus bersifat akademis, melainkan juga hadir dalam bentuk kecerdasan emosional dan sosial yang sama pentingnya untuk masa depan.

Simbol Harapan Baru

Kini, nama Richard dan Friedrich Wendt kerap menghiasi berita nasional Jerman. Mereka dijuluki “Wunderkind” yang berarti anak ajaib. Mereka berdua  menjadi simbol bahwa bakat luar biasa bisa tumbuh di mana saja, termasuk dari keluarga dengan ibu asal Indonesia.

Dari ruang kuliah di Münster hingga layar televisi Jerman, kisah Richard dan Friedrich Wendt membuktikan bahwa kejeniusan tidak hanya soal angka IQ, tetapi juga soal dukungan keluarga, semangat belajar yang tak pernah padam, dan keberanian melangkah lebih jauh. (*)